Sunday, October 20, 2013

私はあなたの愛しているから ~PART 4~



“Maaf merepotkan.”
“Tidak apa-apa. Di rumah ini semuanya laki-laki, bibi senang kau datang.”
Saat ini, aku dan Keluarga Suzuki sedang makan malam. Awalnya sih, setelah menanyakan tugas aku ingin langsung pulang, namun Ken malah mengajakku untuk ikut makan malam bersama.
Tiba-tiba Keita, adiknya Ken menarik-narik bajuku dengan wajah yang polos. “Kakak, sehabis ini kakak mau tidak membantuku mengerjakan PR?”

“Keita, ini sudah malam, Kak Mei harus segera pulang. Nanti biar kakak saja yang membantumu, ya?” Ken langsung mengalihkan perhatian adiknya.
“Tidak mau! Kakak selalu marah-marah jika aku menanyakan tugas!” Keita menjulurkan lidahnya. “Kak Mei orangnya baik, tidak seperti kakak!”
“Keita-!”
“Keita! Ken! Jangan ribut ketika makan!” suara Paman Suzuki menggelegar satu ruangan. “Apa kalian lupa tentang peraturan di meja makan?!”
Seketika Ken dan Keita tertunduk. Aku yang menyaksikan itu, menjadi sangat bersalah. Akhirnya aku menyetujui permintaan Keita dan akan membantu adik Ken itu mengerjakan PR-nya.
“Benarkah?!” ketika menatapku dengan mata yang berbinar-binar.
Aku mengangguk. “Iya, tentu saja.”
“Apa kau yakin, Mei? Seperti yang Ken bilang, ini sudah malam.” Bibi Suzuki terlihat khawatir.
“Tidak apa-apa, bi. Lagi pula rumahku di sebelah.”
“Ya sudah, nanti bibi akan memberitahu bibimu.”
“Terima kasih, bi.”
Bibi Suzuki tersenyum kepadaku. “Ya, terima kasih juga.”
Acara makan malam pun selesai. Bibi Suzuki bertugas membereskan meja makan dan aku yang bertugas mencuci piring. Paman Suzuki langsung masuk ke ruang kerjanya, sedangkan Ken dan Keita membereskan kamar Keita dan menyediakan beberapa cemilan.
Setelah selesai dengan tugasku, aku langsung melesat ke kamar Keita untuk membantunya mengerjakan PR.
***
“Apa kau mengerti? Kalau kau menggunakan cara ini, pasti akan lebih mudah nantinya.”
“Benar juga! Ternyata lebih mudah!” Keita terlihat senang. “Kak Mei memang jenius!”
“Hehe...” aku menggaruk-garuk kepalaku. “Tidak begitu, kok.”
“Kak Mei, nanti bantu aku mengerjakan PR lagi, ya?”
Aku mengelus-elus rambut Keita pelan. “Kenapa kau tidak meminta bantuan kakakmu saja? Jujur, ia lebih pintar dariku.”
Seketika ekspresi wajah Keita berubah menjadi kesal. “Tidak mau! Kak Ken menyebalkan!”
“Menyebalkan? Benarkah?”
“Ya!” Keita mengangguk yakin. “Kak Ken selalu memarahiku jika aku ingin menanyakan tugas. Selain itu, jika aku tidak bisa mengerjakannya, Kak Ken akan makin mengomeliku!”
“Mungkin... itulah cara yang digunakannya. Terkadang, dia juga suka mengomeliku jika aku tidak mengerjakan tugas atau mendapat nilai kecil sewaktu ulangan.” Aku tersenyum kepada Keita. “Bukankah itu artinya dia peduli?”
Keita terdiam, namun wajahnya terlihat agak... sedih?
“Baiklah-baiklah! Aku akan mengambil minuman dulu. Kantung matamu sudah mulai terlihat, apa kau mengantuk?”
Keita mengangguk. “Ya, sedikit.”
“Kalau begitu, tunggu sebentar, ya.”
Aku pun langsung berlari menuju dapur untuk mengambil minuman yang bisa mengusir kantuk Keita.
Apa ya? Mungkin susu panas efektif. Atau... jus jeruk?
Setelah lama memilih, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil susu panas dan dengan segera aku langsung kembali ke kamar Keita.
***
“Minuman data-”
Begitu aku masuk dengan dua gelas susu panas, ternyata Keita sudah lebih dulu tertidur. Aku menoleh kearah jam dinding dan memang sudah menunjukkan pukul 10.20, pantas saja Keita sampai tertidur.
“Mungkin dia kelelahan.” Ucapku sambil menaruh gelas yang ku bawa di atas meja.
Keita tertidur dengan posisi kepala tersandar di atas meja, aku jadi kasihan melihatnya. Akhirnya aku menggendong Keita dan memindahkannya ke atas tempat tidur. Aku pun mengecek kembali tugas Keita, namun ternyata masih tersisa banyak. Mungkin aku akan menyelesaikannya terlebih dahulu, baru pulang. Tugas-tugas Keita terbilang mudah untukku, namun jumlahnya banyak sekali! Guru yang memberikan tugas ini benar-benar kelewatan.
***
Aku menoleh kearah jam dinding kamar Keita. Sudah jam 11.00, namun tugas Keita baru ku selesaikan setengahnya. Aku benar-benar lelah. Mataku sudah berat sekali, rasanya ingin aku membenturkan kepalaku ini ke dinding. Bahkan... dua gelas susu panas pun sudah habis ku tenggak.
“Huaam... aku benar-benar mengantuk.” Aku pun menoleh kearah Keita. “Tapi kasihan jika tidak aku selesaikan. Ia pasti kena marah besok.”
Dengan semangat yang tinggal dua puluh persen, akhirnya aku meneruskan kembali tugas-tugas Keita. Sesekali aku terlelap, namun kembali bangun karena pensil yang ku pegang terjatuh.
Dengan mata yang setengah terbuka saking mengantuknya, aku melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11.15. Aku sudah benar-benar tidak kuat! Dan tanpa ku sadari, akhirnya aku pun terlelap...
***
“Dasar... kenapa kau malah tertidur disini, sih?
Aku tidak terlalu yakin... namun, sepertinya ada yang berbicara padaku. Suaranya samar dan... terdengar kabur. Tak lama setelah itu, aku merasa sepertinya tubuhku diangkat. Hah? Apa aku terbang? Tidak mungkin. Aku ini kan bukan burung.
***

No comments:

Post a Comment