Sunday, October 20, 2013

私はあなたの愛しているから ~PART 6~



BRAKK!!
“Haruka!! Tolong aku!!” aku langsung berlari ke meja Haruka dan bersembunyi dibalik punggungnya.
“Mizutani?! Kau ini kenapa sih?!” Haruka keheranan. “Pagi-pagi begini kau sudah ribut sendiri!”
“Tolong aku! Ada Namahage mengejarku!!”
“Hah? Kau ngelindur, ya?”
Tiba-tiba Ken muncul dengan terengah-engah dan mengalihkan perhatian seluruh siswa di kelas.
“Mei! Kemari kau!” ucap Ken sambil mengatur nafasnya.
“Itu Namahage yang mengejarku!”
“Haah??” mulut Haruka ternganga.
Ken berjalan mendekati aku dan Haruka dengan segumpal aura hitam di belakangnya.
“Berikan Mei padaku!”
Aku menarik bahu Haruka. “Aku mohon Haruka! Jangan dengarkan apa yang ia katakan!”
“Mei-!”
“Ia akan membunuhku!”
“Kalian ini sedang apa sih??!!” Haruka berteriak kesal. “Pagi-pagi begini kalian sudah ribut! Apa tidak ada ketenangan di dunia ini, hah?!”
Aku dan Ken pun terkejut dan kami mundur beberapa langkah. Gawat kalau Haruka sampai mengamuk.
“A-aku tidak bermaksud seperti itu...”
“Urusi urusan kalian sendiri!” Haruka menoleh kearahku dan Ken bergantian, kemudian ia berlalu keluar kelas.
“Ini semua gara-gara kau!”
Ken mencubit pipiku. “Kenapa jadi aku, sih?! Kan kau yang lari dariku!”
“Aduh-duh-duh!! Sakit!!”
“Kalian selalu heboh seperti ini, ya?” celetuk teman sekelasku seketika.
Siswa yang lain pun mulai tertawa melihat kelakuan kami.
“Ma-maaf. Aku mengganggu, ya? Kalau begitu aku permisi dulu.” Ken membungkukkan badan kemudian menoleh kearahku. “Pulang nanti tunggu aku di gerbang. Jangan mencoba untuk kabur lagi!”
Ia pun menghilang begitu keluar dari kelasku. Meski sosoknya sudah menghilang, namun bekas cubitannya masih terasa sakit. Dia serius juga rupanya.
***
Ratusan siswa berbondong-bondong keluar gerbang dengan berbagai ekspresi. Ada yang terlihat senang-ada pula yang terlihat kecewa. Mataku satu persatu memperhatikan mereka yang lalu lalang seperti kendaraan di kota-kota besar.
Aku berdiri sambil memegang tasku. Sesuai ucapan Ken, aku disuruh menunggu di tempat ini. Sebenarnya, aneh sekali Ken memintaku menunggu di gerbang. Biasanya ia akan langsung menghampiriku di kelas. Kali ini ada apa ya?
15 menit berlalu, Ken masih belum juga muncul. Aku menghela nafas dan melihat keadaan. Masih cukup ramai sebenarnya, jadi aku memutuskan untuk tetap menunggu.
30 menit pun berlalu. Siswa yang berjalan keluar gerbang jumlahnya sudah bisa dihitung dengan jari, namun Ken masih belum juga muncul. Sebenarnya dia kemana sih? Kenapa dia lama sekali?
Aku bertanya tentang Ken kepada seorang siswa yang kebetulan lewat. Namun orang itu menjawab tidak tahu. Akhirnya aku hanya menghela nafasku sambil berharap Ken segera datang.
1 jam pun berlalu. Ken masih belum juga muncul. Aku benar-benar ingin sekali pulang, namun Ken sampai berwajah seserius itu ketika memintaku menunggunya. Aku pun berjongkok dengan kedua tangan yang melingkari lututku.
Tak lama setelah itu, seseorang menggapai lenganku dengan pelan.
“Mizutani?”
Aku pun mendongak dan mendapati Haruka yang terlihat bingung.
“Haruka...?”
“Sedang apa kau disini?”
Aku bangkit dan melihat keadaan sekitar. “Apa kau lihat Ken? Aku sedang menunggunya.”
“Ken? Maksudmu Suzuki? Aku melihatnya keluar gerbang satu jam yang lalu. Mungkin ia sudah sampai rumah sedari tadi.”
Mataku membulat tajam. “Apa?? Ken sudah pulang dari tadi??”
Haruka mengangguk. “Ya. Aku kira ia bersamamu.”
“Tidak mungkin.. Ia memintaku menunggunya disini..”
“Haah? Sungguh?! Tapi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!” Haruka terlihat kesal. “Ia pasti mengerjaimu!”
Aku menghela nafas. “Ia pasti dendam padaku.”
“Dendam?”
Aku mengangguk. “Ya. Tadi pagi aku tidak menghiraukannya sama sekali. Mungkin ia ingin membalas perlakuanku.”
“Jadi karena itu kau memanggilnya Namahage?” Haruka melipatkan kedua tangannya. “Kau ini... Ya sudah, sebaiknya kau pulang sekarang.”
“Ya, kau benar juga. Haruka sendiri, ingin kemana sehabis ini?”
“Aku masih harus melakukan sesuatu. Aku kan orang sibuk!”
Aku tergelitik dengan gaya pengucapannya itu. “Benarkah? Setahuku Haruka orang paling santai di kelas.”
“Haa! Jahat sekali kau!”
“Maaf-maaf, aku hanya bercanda. Kalau begitu aku pulang dulu.”
Haruka mengangguk. “Hati-hati di jalan.”
“Ya, Haruka juga.”
Aku pun pergi meninggalkan Haruka dan aku tidak percaya jika Ken mengerjaiku seperti ini. Aku akan membalasnya begitu sampai di rumah!
***
Langit sudah mulai berwarna oranye, langit senja yang sangat indah. Yah... meskipun suasana hatiku saat ini sedang buruk.
Aku berhenti sejenak, kemudian menatap kearah langit senja itu. Nyaman sekali rasanya... Hatiku sedikit tenang. Tanpa aku sadari, ternyata aku semakin larut dalam warna oranye itu.
Tiba-tiba pandanganku sedikit buyar dan memusingkan. Tak lama setelah itu, muncul bayangan seseorang diantara langit senja tersebut.
“Mei? Apa yang kau lakukan disini?”
Aku pun langsung terkejut dan bayangan orang itu langsung menghilang. Kepalaku terasa pusing sekali setelahnya. Apa tadi itu pecahan dari ingatanku? Entahlah, aku sendiri pun tidak tahu. Namun... orang yang barusan muncul, persis seperti orang yang muncul di dalam mimpiku. Siapa sebenarnya orang itu? Kenapa orang itu sering sekali muncul?
***
Aku berjalan sambil terus melihat ke bawah. Bukan tanpa alasan, aku hanya sedang berpikir. Siapa orang tadi? Apa ia orang yang penting bagiku? Aku berusaha mengingat semampuku, namun hasilnya sama saja-pusing melanda kepalaku sesudahnya.
Tiba-tiba aku terkejut begitu melihat sepasang sepatu muncul diantara pandanganku. Sepatu yang sangat aku kenal, sepatu milik Ken. Aku pun mendongak dan Ken sudah berdiri tepat di depanku.
“Kau lama sekali? Apa saja yang kau lakukan?” ia menatap tepat di mataku. “Kenapa pandanganmu kosong sekali? Apa kau sedang memikirkan sesuatu?”
Kau selalu bisa membaca apa yang aku pikirkan.
Aku menunduk karena tidak tahu harus menjawab apa. Apa aku bicara saja kepada Ken? Atau aku lebih baik menyembunyikannya? Aku tidak mau melihat ekspresinya seperti saat itu lagi.
“Mei setelah hukuman tadi apa kau belum kapok juga?” ucapnya dengan tegas.
Aku menggeleng pelan. “Tidak, bukan seperti itu...”
“Kalau begitu ada apa?”
“Akan ku beritahu setelah aku memastikan sesuatu.” Aku pun langsung berlari masuk ke rumah, meninggalkan Ken yang terlihat kebingungan.
***

No comments:

Post a Comment