BRAKK!!
“Haruka!! Tolong
aku!!” aku langsung berlari ke meja Haruka dan bersembunyi dibalik punggungnya.
“Mizutani?! Kau
ini kenapa sih?!” Haruka keheranan. “Pagi-pagi begini kau sudah ribut sendiri!”
“Tolong aku! Ada
Namahage mengejarku!!”
Tiba-tiba Ken
muncul dengan terengah-engah dan mengalihkan perhatian seluruh siswa di kelas.
“Mei! Kemari
kau!” ucap Ken sambil mengatur nafasnya.
“Itu Namahage
yang mengejarku!”
“Haah??” mulut
Haruka ternganga.
Ken berjalan
mendekati aku dan Haruka dengan segumpal aura hitam di belakangnya.
“Berikan Mei
padaku!”
Aku menarik bahu
Haruka. “Aku mohon Haruka! Jangan dengarkan apa yang ia katakan!”
“Mei-!”
“Ia akan
membunuhku!”
“Kalian ini
sedang apa sih??!!” Haruka berteriak kesal. “Pagi-pagi begini kalian sudah
ribut! Apa tidak ada ketenangan di dunia ini, hah?!”
Aku dan Ken pun
terkejut dan kami mundur beberapa langkah. Gawat kalau Haruka sampai mengamuk.
“A-aku tidak
bermaksud seperti itu...”
“Urusi urusan
kalian sendiri!” Haruka menoleh kearahku dan Ken bergantian, kemudian ia
berlalu keluar kelas.
“Ini semua
gara-gara kau!”
Ken mencubit
pipiku. “Kenapa jadi aku, sih?! Kan kau yang lari dariku!”
“Aduh-duh-duh!!
Sakit!!”
“Kalian selalu
heboh seperti ini, ya?” celetuk teman sekelasku seketika.
Siswa yang lain
pun mulai tertawa melihat kelakuan kami.
“Ma-maaf. Aku
mengganggu, ya? Kalau begitu aku permisi dulu.” Ken membungkukkan badan
kemudian menoleh kearahku. “Pulang nanti tunggu aku di gerbang. Jangan mencoba
untuk kabur lagi!”
Ia pun
menghilang begitu keluar dari kelasku. Meski sosoknya sudah menghilang, namun
bekas cubitannya masih terasa sakit. Dia serius juga rupanya.
***
Ratusan siswa
berbondong-bondong keluar gerbang dengan berbagai ekspresi. Ada yang terlihat
senang-ada pula yang terlihat kecewa. Mataku satu persatu memperhatikan mereka
yang lalu lalang seperti kendaraan di kota-kota besar.
Aku berdiri
sambil memegang tasku. Sesuai ucapan Ken, aku disuruh menunggu di tempat ini.
Sebenarnya, aneh sekali Ken memintaku menunggu di gerbang. Biasanya ia akan
langsung menghampiriku di kelas. Kali ini ada apa ya?
15 menit
berlalu, Ken masih belum juga muncul. Aku menghela nafas dan melihat keadaan.
Masih cukup ramai sebenarnya, jadi aku memutuskan untuk tetap menunggu.
30 menit pun
berlalu. Siswa yang berjalan keluar gerbang jumlahnya sudah bisa dihitung
dengan jari, namun Ken masih belum juga muncul. Sebenarnya dia kemana sih? Kenapa
dia lama sekali?
Aku bertanya
tentang Ken kepada seorang siswa yang kebetulan lewat. Namun orang itu menjawab
tidak tahu. Akhirnya aku hanya menghela nafasku sambil berharap Ken segera
datang.
1 jam pun
berlalu. Ken masih belum juga muncul. Aku benar-benar ingin sekali pulang,
namun Ken sampai berwajah seserius itu ketika memintaku menunggunya. Aku pun berjongkok
dengan kedua tangan yang melingkari lututku.
Tak lama setelah
itu, seseorang menggapai lenganku dengan pelan.
“Mizutani?”
Aku pun
mendongak dan mendapati Haruka yang terlihat bingung.
“Haruka...?”
“Sedang apa kau
disini?”
Aku bangkit dan
melihat keadaan sekitar. “Apa kau lihat Ken? Aku sedang menunggunya.”
“Ken? Maksudmu
Suzuki? Aku melihatnya keluar gerbang satu jam yang lalu. Mungkin ia sudah
sampai rumah sedari tadi.”
Mataku membulat
tajam. “Apa?? Ken sudah pulang dari tadi??”
Haruka mengangguk.
“Ya. Aku kira ia bersamamu.”
“Tidak mungkin..
Ia memintaku menunggunya disini..”
“Haah? Sungguh?!
Tapi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!” Haruka terlihat kesal. “Ia
pasti mengerjaimu!”
Aku menghela
nafas. “Ia pasti dendam padaku.”
“Dendam?”
Aku mengangguk.
“Ya. Tadi pagi aku tidak menghiraukannya sama sekali. Mungkin ia ingin membalas
perlakuanku.”
“Jadi karena itu
kau memanggilnya Namahage?” Haruka melipatkan kedua tangannya. “Kau ini... Ya
sudah, sebaiknya kau pulang sekarang.”
“Ya, kau benar
juga. Haruka sendiri, ingin kemana sehabis ini?”
“Aku masih harus
melakukan sesuatu. Aku kan orang sibuk!”
Aku tergelitik
dengan gaya pengucapannya itu. “Benarkah? Setahuku Haruka orang paling santai
di kelas.”
“Haa! Jahat
sekali kau!”
“Maaf-maaf, aku
hanya bercanda. Kalau begitu aku pulang dulu.”
Haruka
mengangguk. “Hati-hati di jalan.”
“Ya, Haruka
juga.”
Aku pun pergi
meninggalkan Haruka dan aku tidak percaya jika Ken mengerjaiku seperti ini. Aku
akan membalasnya begitu sampai di rumah!
***
Langit sudah
mulai berwarna oranye, langit senja yang sangat indah. Yah... meskipun suasana
hatiku saat ini sedang buruk.
Aku berhenti
sejenak, kemudian menatap kearah langit senja itu. Nyaman sekali rasanya...
Hatiku sedikit tenang. Tanpa aku sadari, ternyata aku semakin larut dalam warna
oranye itu.
Tiba-tiba
pandanganku sedikit buyar dan memusingkan. Tak lama setelah itu, muncul
bayangan seseorang diantara langit senja tersebut.
“Mei? Apa yang
kau lakukan disini?”
Aku pun langsung
terkejut dan bayangan orang itu langsung menghilang. Kepalaku terasa pusing
sekali setelahnya. Apa tadi itu pecahan dari ingatanku? Entahlah, aku sendiri
pun tidak tahu. Namun... orang yang barusan muncul, persis seperti orang yang
muncul di dalam mimpiku. Siapa sebenarnya orang itu? Kenapa orang itu sering
sekali muncul?
***
Aku berjalan
sambil terus melihat ke bawah. Bukan tanpa alasan, aku hanya sedang berpikir.
Siapa orang tadi? Apa ia orang yang penting bagiku? Aku berusaha mengingat
semampuku, namun hasilnya sama saja-pusing melanda kepalaku sesudahnya.
Tiba-tiba aku
terkejut begitu melihat sepasang sepatu muncul diantara pandanganku. Sepatu
yang sangat aku kenal, sepatu milik Ken. Aku pun mendongak dan Ken sudah
berdiri tepat di depanku.
“Kau lama
sekali? Apa saja yang kau lakukan?” ia menatap tepat di mataku. “Kenapa
pandanganmu kosong sekali? Apa kau sedang memikirkan sesuatu?”
Kau selalu bisa membaca apa yang aku pikirkan.
Aku menunduk
karena tidak tahu harus menjawab apa. Apa aku bicara saja kepada Ken? Atau aku lebih
baik menyembunyikannya? Aku tidak mau melihat ekspresinya seperti saat itu
lagi.
“Mei setelah
hukuman tadi apa kau belum kapok juga?” ucapnya dengan tegas.
Aku menggeleng
pelan. “Tidak, bukan seperti itu...”
“Kalau begitu
ada apa?”
“Akan ku beritahu
setelah aku memastikan sesuatu.” Aku pun langsung berlari masuk ke rumah,
meninggalkan Ken yang terlihat kebingungan.
***
No comments:
Post a Comment